Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊
Ajaran Tasawuf Walisongo Melalui Akulturasi Kesenian
Para walisongo mentransfer ajaran tasawuf melalui akulturasi kesenian. Jadi dengan cara memasukkan ajaran tasawuf melalui kesenian. Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Pertunjukan Wayang
Wayang sebagai hasil budaya Jawa di dalamnya memuat nilai-nilai edukatif yang lengkap. Tidak hanya contoh kepahlawanan saja, tetapi juga pendidikan moral, kesetiaan dan kejujuran.
Para wali mengubah wayang kulit itu bukan sekedar untuk memberantas kemusyrikan, tetapi juga lebih untuk mengenalkan agama Islam, sehingga orang bersedia memeluk dan mengenalkan ajaran-ajarannya.
Penonton dapat mengambil suri tauladan atau makna yang tersirat dan tersurat dalam setiap lakon agar manusia dapat mengambil hikmahnya. Dengan demikian, peranan wayang lebih sebagai dasar filosofi manusia Jawa.
Lakon Wayang oleh Sunan Kalijaga
Selain ajaran-ajaran dari para pujangga Jawa, salah satu walisongo yakni Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia mengarang lakon-lakon wayang yang baru, dan menjadi dalang pagelaran wayang yang mementaskan “kalimat syahadat”.
Ia bersedia memainkan lakon wayang dengan syarat pihak penyelenggara pagelaran sudi mengucapkan syahadat sebagai tanda kerelaan memeluk Islam.
Selain itu dia juga tidak pernah meminta upah dari pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton juga untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
Wayang dapat menjadi sumber nilai hidup karena di dalamnya memuat nilai-nilai keluhuran. Nilai-nilai keluhuran tersebut tentunya dapat menjadi teladan karena mencerminkan kebaikan.
Di samping itu dalam berbagai lakon maupun gambaran para tokohnya menunjukkan nilai-nilai etis, misalnya nilai kebenaran sejati.
Kedudukan nilai kebenaran sejati dalam wayang terbukti dengan bahwa semua kesatria yang baik dalam wayang selalu berusaha menjadi manusia kebenaran yang dilambangkan oleh tindakan mereka untuk melenyapkan ketidakbenaran (sura dira jaya ningrat lebur dening pangastuti).
Ajaran Kebenaran Dalam Wayang
Ajaran tentang kebenaran dalam wayang dapat menjadi ajaran tasawuf, yakni ajaran pokok Resi Wiyasa dalam lakon wahyu purba sejati mengajarkan kepada manusia untuk percaya kepada hal-hal berikut:
- Manembah (menyembah kepada Tuhan)
- Menepi (tidak boleh bertengkar)
- Maguru (berguru)
- Mengabdi kepada anak isteri,
- Makarya (bekerja) tanpa pamrih
Maka perlahan-lahan ceritanya diarahkan kepada cerita yang mengenalkan ajaran Islam. Para wali itulah yang mula-mula memberikan pengaruh Islam kepada cerita-cerita mereka.
Pertunjukan wayang yang jalan ceritanya banyak digubah dari kitab aslinya yaitu kitab Mahabarata semuanya mempunyai tujuan utama, yaitu memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang baik dan benar, jalan yang Tuhan Yang Maha Esa meridhainya.
Baca juga: Warisan Berupa Ajaran-Ajaran Islam dari Walisongo
Dengan demikian, ajaran tasawuf dari walisongo yang berupa pertunjukan wayang tidak hanya sebagai tuntunan dan alat penghibur, tetapi juga memuat tuntunan kehidupan manusia.
Semua itu apabila kita telaah dengan teliti adalah merupakan perjuangan dan hasil kerja keras oleh para walisongo untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.