Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊

Aliran Ilmu Kalam, dari Syiah hingga Ahlus Sunnah wal Jamaah

Dikutip dari buku Ilmu Kalam karya Jamaluddin dan Shabri Shaleh, ada setidaknya sembilan aliran ilmu kalam. Dari mulai syiah hingga ahlus sunnah wal jamaah.

Selain kedua aliran tersebut, ada juga muktazilah. Aliran yang mengedepankan akal dan logika. Singkat kata, berikut penjelasan lebih detail terkait sembilan aliran ilmu kalam.

Aliran Syiah

Syiah seringkali disebut sebagai aliran Islam yang sesat. Meski terkenal dengan sebutan demikian, syiah termasuk salah satu aliran terbesar dalam Islam. Pernyataan tersebut muncul lantaran keyakinannya yang saklek terhadap masalah imamah.

Mereka meyakini bahwa yang pantas menjadi khalifah hanya keturunan nabi Muhammad saw. Sehingga kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan tidak mereka anggap benar. Jadi, apa sebenarnya aliran syiah itu?

Jika merujuk pada bahasa aslinya, syiah berasal dari bahasa Arab yang berarti kelompok atau pengikut. Secara istilah syiah bisa berarti sebagai kelompok yang setia terhadap seseorang yang mereka ikuti dan siap membelanya dalam kondisi apapun.

Selanjutnya dalam perkembangan dunia Islam, syiah menjadi istilah khusus untuk menyebut kelompok atau para pengikut Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait. Mereka meyakini bahwa perkara imamah adalah milik Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya. 

Berawal dari pendapat Ibnu Khaldun, masalah imamah atau kepemimpinan bukanlah suatu perkara yang bisa diserahkan kepada umat untuk menentukan siapa yang akan memimpin mereka. Sebagaimana seorang Nabi yang juga berlaku demikian.

Seorang nabi tidak boleh menyerahkan masalah imamah kepada umat, akan tetapi wajib menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin mereka. Selain karena imamah adalah prinsip agama, imam itu sendiri bersifat maksum.

Lalu di Indonesia sendiri, apakah ada penganut aliran syiah? Jawabannya adalah ada. Bahkan ratusan hingga jutaan orang. Melansir dari nu.or.id, setidaknya ada dua organisasi yang aktif melakukan sosialisasi terkait ajaran syiah yaitu Ikatan Jama’ah Ahlulbait Indonesia (IJABI) dan Ahlulbait Indonesia (ABI).

Aliran Khawarij

Berdasarkan sejarah yang runtut, khawarij adalah satu kelompok yang keluar dari umat Islam pengikut Ali bin Abi Thalib lantaran tidak setuju dengan arbitrase yang terjadi antara Ali dan Muawiyah pada saat perang Siffin. 

Berbeda dengan syiah, kaum khawarij meyakini bahwa pemimpin adalah orang biasa sebagaimana manusia pada umumnya yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Jika pemimpin mereka menyimpang, maka musyawarah antara umat yang menjadi penentu hukumannya. Apakah diberhentikan atau bahkan dibunuh.

Aliran khawarij ini mendoktrin pengikutnya secara keras dan radikal. Seperti misalnya, seseorang yang berdosa besar berarti telah menjadi kafir sehingga wajib untuk membunuhnya. Lalu seorang muslim juga dianggap kafir apabila tidak mau membunuh muslim lainnya yang telah kafir.

Aliran Murji’ah

Aliran ini bisa dikatakan sebagai aliran yang netral, lebih banyak diam terhadap masalah politik maupun agama. Mereka tidak banyak mencampuri urusan yang bukan ranah mereka.

Misalnya saja, seorang Muslim yang berdosa besar tidak menjadi kafir. Dosa besar yang telah dilakukannya merupakan urusan dia dengan Tuhannya. Jika diampuni, ia akan masuk surga. Jika tidak, maka hendaknya ia mohon ampun agar Tuhannya mau mengampuni.

Aliran Qadariyah

Qadariyah adalah aliran yang cukup liberal dalam memahami qadha’ dan qadar atau takdir. Kaum ini meyakini bahwa apapun yang mereka lakukan adalah berdasarkan kemauan mereka sendiri. Bahwa takdir yang mereka jalani tidak ada campur tangan Allah. Mereka lah yang menentukan takdir mereka masing-masing.

Aliran Jabariyah

Aliran jabariyah muncul pertama kali sejak Arab sebelum Islam oleh Ja’ad bin Dirham. Selanjutnya paham ini terus berkembang hingga muncul tokoh-tokoh jabariyah seperti Jahm bin Sofwan, Adh-Dhirar, dan Husain bin Muhammad al-Najjar. 

Kebalikan dari aliran qadariyah, jabariyah adalah aliran yang meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta termasuk yang berkaitan dengan perilaku manusia pada dasarnya merupakan kehendak Allah. Tidak ada sedikit pun kekuatan yang datang dari manusia itu sendiri.

Baca juga: Sumbangsih Dinasti Fatimiyah Terhadap Peradaban Islam

Aliran Muktazilah

Melansir dari KBBI, muktazilah adalah aliran yang mendasarkan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan pikiran atau logika. Sehingga tidak heran jika aliran ini sangat kritis terhadap hadis dan tafsir Al-Qur’an.

Adapun prinsip konsep berpikir rasional ala muktazilah setidaknya ada dua. Pertama, percaya pada ayat-ayat Al-Qur’an atau dogma-dogma yang sudah pasti kebenarannya, seperti halnya ayat qath’i. Kedua, memberikan kebebasan kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan akal pikirnya yang rasional.

Aliran Asyariyah

Sebutan asyariyah berasal dari nama pendirinya, yaitu Abu Hasan Al-Asyari. Sebenarnya, para pengikutnya menyebut aliran ini dengan ahlus sunnah wal jamaah karena mereka berpegang teguh pada makna nash agama yaitu Al-Qur’an dan Hadis. 

Meski demikian, aliran ini lebih dikenal dengan aliran asyariyah karena ada sebagian kelompok yang tidak menyukai teologi Imam Asyari, sehingga mereka tidak menyebutnya dengan ahlus sunnah wal jamaah, melainkan asyariyah itu sendiri.

Asyariyah adalah aliran yang metode berfikirnya tradisional. Kebalikan dari muktazilah, asyariyah tidak membebaskan manusia untuk bertindak hanya karena berpikir dengan akal. Mereka hanya mengandalkan akal sedikit saja.  

Aliran Maturidiyah

Aliran maturidiyah sebenarnya muncul bersamaan dengan asyariyah. Keduanya sama-sama muncul sebagai reaksi penolakan terhadap pemikiran muktazilah yang terlalu rasional.

Namun sedikit berbeda dengan asyariyah, maturidiyah memiliki latar belakang madzhab Hanafi yang banyak menggunakan takwil dalam memahami nash agama, Al-Qur’an dan Hadis.

Nama maturidiyah sendiri diambil dari tokoh pertama yang mengajukan pemikirannya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin Mahmud al-Maturidi.

Aliran Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Istilah ahlus sunnah wal jamaah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Bahkan Rasulullah sendiri telah menggunakan istilah tersebut dalam beberapa riwayat hadis, seperti hadis riwayat Abu Daud dan Tirmidzi.

Beberapa pendapat menyebutkan, istilah ahlus sunnah wal jamaah muncul pada akhir tahun ke-5 H. Lalu dari pendapat lain, ahlus sunnah wal jamaah muncul di akhir abad ke-2 H, yaitu di masa puncak perkembangan ilmu kalam.