Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊
Apa Itu Asbabun Nuzul? Berikut Penjelasannya Menurut Ulama
Asbabun Nuzul merupakan salah satu pembahasan dalam Ilmu-Ilmu Al-Qur’an atau Ulumul Qur’an. Asbabun Nuzul tidak sama dengan Nuzulul Qur’an, keduanya berbeda. Lalu, apa itu Asbabun Nuzul?.
Secara sederhana, Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat atau beberapa ayat Al-Qur’an. Fungsinya terkadang sebagai penjelas maupun jawaban dari peristiwa atau kejadian tertentu saat itu.
Peristiwa atau kejadian-kejadian tersebut kemudian disebut sebagai sebab-sebab turunnya ayat Al-Quran atau beberapa ayat Al-Qur’an. Secara lebih detail, berikut penjelasannya menurut para ulama.
Pengertian Asbabun Nuzul
Dari waktu ke waktu, meski tidak jauh berbeda, para ulama membuat pengertian Asbabun Nuzul menurut (versi) dirinya sendiri. Setidaknya, ada 7 ulama yang menjelaskan pengertian Asbabun Nuzul.
Ketujuh ulama tersebut adalah Al-Zarkasy, Al-Zarqani, Manna Al-Qattan, Al-Suyuti, Subhi Al-Shalih, dan Ali Ash-Shabuni. Berikut pengertian apa itu Asbabun Nuzul menurut ulama-ulama tersebut.
Asbabun Nuzul Menurut Al-Zarkasy
Al-Zarkasy lahir di Kairo, Mesir, pada tahun 750H dan wafat pada 794H. Selama hidupnya, Al-Zarkasy melakukan rihlah ke berbagai negara dan kota untuk mempelajari ilmu-ilmu agama (ushuluddin).
Seperti misalnya Ilmu Ushul Fikih, Ilmu Hadis, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, dan sebagainya. Al-Zarkasy belajar Ilmu Ushul Fikih kepada Syihabuddin Al-Adzra’i. Sedangkan Ilmu Hadis kepada Al-Hafidz Ibn Hajar.
Al-Zarkasy merupakan salah satu ulama yang banyak berjasa dalam Ulumul Qur’an. Konon, Al-Zarkasy merupakan ulama pertama yang menghimpun Ulumul Quran melalui Al-Burhan Fii Ulumil Qur’an.
Ada kurang lebih 47 pembahasan terkait Ulumul Qur’an dalam kitab Al-Burhan Fii Ulumil Qur’an. Dalam karyanya tersebut Al-Zarkasy membahas, di bagian awal karyanya, Ma’rifah Sabab Al-Nuzul.
Menurut Al-Zarkasy, Asbabun Nuzul adalah sesuatu (peristiwa atau kejadian) yang mengakibatkan turunnya ayat Al-Qur’an. Baik itu bermula dari pertanyaan dari para sahabat atau peristiwa langsung.
Asbabun Nuzul Menurut Al-Suyuti
Imam Jalaluddin Al-Suyuti merupakan ulama termuka di zamannya. Al-Suyuti lahir pada tahun 849H di Kairo, Mesir. Konon, sejak lahir, Al-Suyuti sudah digadang-gadang akan menjadi ulama besar.
Salah satu karya Al-Suyuti dalam bidang Ulumul Qur’an adalah Al-Itqan Fii Ulumil Qur’an. Al-Itqan Fii Ulumil Qur’an merupakan salah satu kitab Ulumul Qur’an yang cukup besar (terdiri beberapa jilid).
Menurut Al-Suyuti, Asbabun Nuzul adalah hari-hari ketika ayat Al-Qur’an turun. Ada yang mengatakan, menurut Al-Suyuti, tidak ada sebab akibat meski disebut sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an.
Asbabun Nuzul Menurut Al-Zarqani
Imam Al-Zarqani juga merupakan salah satu ulama yang cukup mendalami Ulumul Qur’an. Secara khusus, dalam bidang Ulumul Qur’an, Imam Al-Zarqani menulis kitab Manahil Al-Irfan Fii Ulumil Qur’an.
Menurut Al-Zarqani, Asbabun Nuzul adalah suatu kejadian yang menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat Al-Qur’an. Namun, menurut Al-Zarqani pengertiannya tidak hanya cukup sampa di situ.
Menurut Al-Zarqani, sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an bisa juga merujuk pada suatu peristiwa atau kejadian yang dapat dijadikan sebagai petunjuk hukum yang berkenaan dengan turunnya suatu ayat.
Asbabun Nuzul Menurut Subhi Al-Shalih
Subhi Al-Shalih merupakan salah satu ulama modern yang cukup menguasai Ulumul Qur’an. Lahir pada 1926M di El-Mina Turki. Karyanya dalam bidang Ulumul Qur’an adalah Mabahits Fii Ulum Al-Qur’an.
Mabahits Fii Ulum Al-Qur’an menjadi referensi penting dalam Ulumul Qur’an. Dalam karyanya tersebut Subhi Al-Shalih membahas beberapa bagian Ulumul Qur’an seperti sebab turunnya ayat Al-Qur’an.
Menurut Subhi Al-Shalih, Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab suatu ayat atau beberapa ayat turun. Jika bermula dari pertanyaan, maka ayat yang turun merupakan jawaban atau penjelasnya.
Asbabun Nuzul Menurut Ash-Shabuni
Muhammad Ali Ash-Shabuni (Ash-Shabuni) merupakan ulama kelahiran Suriah. Dilihat dari beberapa karyanya, Ash-Shabuni termasuk ulama yang sangat mendalami bidang Ulumul Qur’an dan Tafsir.
Karya-karyanya dalam bidang Ulumul Qur’an antara lain adalah Shafwah At-Tafasir, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir dan Al-Tabari, At-Tibyan Fi Ulum Al-Qur’an, dan Rawa’i Al-Bayan Tafsir Ayat Ahkam.
Menurut Ash-Shabuni, Asbabun Nuzul adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi sebab turunnya ayat atau beberapa ayat Al-Qur’an. Baik peristiwa yang bermula dari sebuah pertanyaan maupun tidak.
Asbabun Nuzul Menurut Manna Al-Qattan
Manna Al-Qattan adalah ulama kelahiran Mesir. Selama hidupnya, Manna Al-Qattan aktif dalam dunia akademisi menjadi staf pengajar. Selain itu juga merupakan mantan mahkamah tinggi di Riyadh.
Manna Al-Qattan menulis cukup banyak karya. Salah satunya adalah Mabahits Fii Ulumil Qur’an. Dari karyanya tersebut terlihat Manna Al-Qattan merupakan ulama yang cukup mendalami Ulumul Qur’an.
Menurut Manna Al-Qattan, Asbabun Nuzul adalah suatu peristiwa, baik itu yang bermula dari pertanyaan atau tidak dan karena hal tersebut ayat Al-Qur’an turun sebagai penjelas terhadap peristiwa tersebut.
Pentingnya Asbabun Nuzul
Sangat penting bagi seorang mufasir mengetahui sebab turunnya ayat Al-Qur’an. Sebab, dengan sebab turunnya Al-Qur’an seorang mufasir bisa mengetahui suatu ayat turun dalam peristiwa seperti apa.
Dengan begitu, seorang mufasir bisa mengetahui batas-batas, misalnya hukum, dalam suatu ayat Al-Qur’an. Selain itu, seorang mufasir juga bisa mengetahui suatu ayat Al-Qur’an diturunkan untuk siapa.
Bahkan, menurut Al-Wahidi, tanpa pengetahuan tentang peristiwa atau kejadian sebab turunnya ayat Al-Qur’an, seorang mufasir tidak mungkin mengetahui atau memahami tafsir suatu ayat Al-Qur’an.
Lebih dari itu, yang lebih berbahaya lagi adalah seorang mufasir juga bisa keliru menafsirkan ayat Al-Qur’an jika tidak mengetahui peristiwa yang menjadi sebab dari turunnya suatu ayat Al-Qur’an.
Namun, ada perbedaan di kalangan ulama terkait kaidah Asbabun Nuzul ketika dipakai untuk menafsirkan Al-Qur’an. Ada yang mengikuti kaidah al-ibrah bi khusus al-sabab la bi umum al-lafz.Â
Sebaliknya, ada juga yang mengikuti kaidah al-ibrah bi umum al-lafz la bi khusus al-sabab. Kaidah pertama dipakai oleh ulama-ulama klasik. Sedangkan kaidah kedua dipakai oleh ulama-ulama modern.
Macam-Macam Asbabun Nuzul
Peristiwa yang berkaitan dengan turunnya ayat Al-Quran itu bisa berbagai macam. Ada peristiwa biasa dan karena hal tersebut ayat Al-Qur’an turun. Ada juga yang bermula dari pertanyaan para sahabat.
Singkatnya, sebab turunnya Al-Qur’an itu tidak serta merta hanya peristiwa tertentu saja. Semua peristiwa yang berkaitan dengan turunnya ayat Al-Qur’an, juga merupakan bagian dari Asbabun Nuzul.
Ada peristiwa tertentu yang menjadi sebab turunnya hanya satu ayat Al-Qur’an. Namun, terkadang hanya satu peristiwa saja juga bisa menjadi sebab turunnya beberapa ayat Al-Qur’an sekaligus.
Selain itu, sebab turunnya Al-Qur’an itu juga terkadang sarih atau jelas dan terkadang masih kemungkinan (tidak pasti). Kepastian tentang sebab turunnya Al-Qur’an bisa diketahui dari periwayatannya.
Apakah para perawi yang meriwayatkan sebab turunnya Al-Qur’an adalah orang yang bisa dipercaya atau tidak. Baik atau tidaknya perawi bisa diketahui dari komentar-komentar para ulama sezamannya.
Belakangan, ulama modern membuat klasifikasi sebab turunnya Al-Qur’an dengan istilah mikro dan makro. Istilah mikro merupakan peristiwa yang berkaitan langsung dengan turunnya ayat Al-Qur’an.
Sementara istliah makro merupakan konteks yang melingkupi turunnya dan masih memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri. Seperti misalnya, tradisi, budaya, nilai, dan sebagainya.
Contoh Asbabun Nuzul
Salah satu peristiwa yang menurut para ulama merupakan sebab turunnya Al-Qur’an adalah fitnah yang menimpa ummul mikminin Aisyah r.a. Bahkan hingga membuat rumah tangga Nabi Saw terganggu.
Pada tahun kelima hijriah, ummul mikminin Aisyah r.a. difitnah telah berselingkuh dengan Shafwan bin Mu’aththal. Fitnah tersebut menyebar dengan cepat di Madinah dan akhirnya terdengar oleh Nabi Saw.
Fitnah tersebut konon membuat ummul mukminin Aisyah r.a menangis selama dua hari dua malam. Bahkan, sampai membuat sikap Nabi Saw kepada Aisyah r.a. menjadi sedikit berbeda dari biasanya.
Nabi Saw awalnya hanya mendiamkan fitnah yang menimpa Aisyah r.a karena wahyu juga belum turun. Fitnah tersebut akhirnya berhenti dan terjawab ketika Allah Swt menurunkan Q.S. An-Nur ayat 11.
Selain itu, ada pula riwayat tentang Nabi Saw diminta oleh sekelompok orang Quraisy agar berdoa agar bukit Shafa dan Marwah menjadi emas. Nabi Saw. pun kemudian menuruti permintaan mereka.
Namun, Allah Swt justru menurukan Q.S. Ali Imran ayat 190. Menurut beberapa ulama, peristiwa Nabi Saw diminta untuk berdoa tersebut konon merupakan sebab turunnya Q.S. Ali Imran ayat 190.
Sebelum meminta Nabi Saw untuk berdoa agar bukit Shafa dan Marwah menjadi emas, dalam riwayat tersebut diceritakan bahwa sekelompok orang Quraisy juga datang kepada kaum Yahudi dan Nasrani.
Mereka datang kepada kaum Yahudi dan bertanya tanda-tanda yang Nabi Musa bawa untuk kaumnya. Mereka menanyakan tanda yang Nabi Isa bawa untuk kaumnya saat mendatangi kaum Nasrani.
Namun, saat mereka mendatangi Nabi Saw, mereka tidak menanyakan hal yang sama. Saat datang kepada Nabi Saw, mereka meminta Nabi Saw untuk berdoa agar bukit Shafa dan Marwah menjadi emas.
Kitab tentang Asbabun Nuzul
Ada dua kitab yang secara khusus membahas tentang Asbabun Nuzul. Pertama Kitab Lubabun Nuqul Fii Asbabin Nuzul karya Jalaluddin Al-Suyuti. Kedua Kitab Asbabun Nuzul karya Mahmud Al-Mishri.
Selain kedua kitab tersebut, ada juga kitab-kitab tafsir yang cukup banyak menyertakan sebab-sebeb turunya ayat Al-Qur’an. Seperti misalnya Kitab Tafsir Al-Tabari atau bisa juga Kitab Tafsir Ibn Katsir.
Akhir kata, pertanyaan apa itu Asbabun Nuzul kini sedikit terjawab. Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang menjadi sebab dari turunnya suatu ayat Al-Qur’an.
Peristiwa yang menjadi sebab turunnya ayat Al-Qur’an tersebut bisa berupa pertanyaan dari para sahabat (maupun masyarakat Arab saat itu), bisa juga peristiwa tertentu yang bukan pertanyaan para sahabat.