Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊
Hutang Ilmu Pengetahuan Kepada Karl Raimund Popper
Karl Raimund Popper lahir di Wina pada 28 Juli 1902. Ayahnya, Dr. Simon Sigmund Carl Popper, adalah seorang sarjana hukum yang menjadi pengacara dan mengerti filsafat.
Popper meninggalkan “Realgymnasium” pada usia 16 tahun. Universitas Wina menerimanya sebagai mahasiswa pada tahun 1922. Sebelumnya ia hanya menjadi pendengar bebas.
Popper pada awalnya adalah pengikut paham komunisme. Namun, pada akhirnya ia menjadi anti Marxis. Bahkan ia menjadi seorang anti Marxis seumur hidupnya.
Popper dan Lingkaran Wina
Dalam catatan sejarah, Popper tidak pernah menjadi anggota Lingkaran Wina. Tetapi ia mengenal anggota Lingkaran Wina yang bekerja di Universitas Wina.
Ia bahkan memiliki hubungan khusus dengan mereka. Seperti Viktor Kraft dan Herert Feigl. Popper belajar banyak dari Karl Buhler, profesor psikologi di Universitas Wina.
Pada tahun kedua di Institut Pedagogis, Popper berjumpa dengan Prof. Heinrich Gomperz. Popper belajar problem psikologi pengetahuan atau psikologi penemuan bersamanya.
Baca juga: Fariduddin Attar, Si Penyebar Wangi & Penulis Mantiqut Thair
Hasil pertemuannya dengan Prof. Heinrich melahirkan keyakinan Popper bahwa data indrawi, data atau kesan sederhana itu semua khayalan yang berdasarkan usaha keliru.
Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi Zur Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam Psikologi Pemikiran).
Popper dan Studi Epistemologi
Popper merasa tidak puas dengan disertasinya dan memilih untuk mempelajari bidang epistemologi. Ia memusatkan studi pada pengembangan teori ilmu pengetahuan.
Studinya semakin intentif ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Meski demikian, Popper tetap bukan bagian dari kelompok lingkaran Wina.
Popper justru menjadi kritikus paling tajam terhadap gagasan-gagasan lingkaran Wina. Ia kemudian pindah ke Selandia Baru setelah tanah kelahiran jauth ke tangan Hitler.
Baca juga: Sumbangsih Dinasti Fatimiyah Terhadap Peradaban Islam
Ia lalu mengajar di Universitas Christchurch. Selain itu, Popper juga menjadi dosen di London School of Economics, sebuah institut di bawah naungan Universitas London.
Di universitas tersebut, ia menulsi buku yang menguraikan perkembangan pemikirannya. London School of Economics mengangkat Popper menjadi professor pada tahun 1948.
Baca juga: Warisan Berupa Ajaran-Ajaran Islam dari Walisongo
Popper layak mendapat gelar tersebut berkat karyanya yang anti Komunis yang berjudul “The open Society and Its Enemies”. Karya tersebut ia buat pada tahun tahun 1945.
Pada tahun 1977, Popper banyak memberi kuliah di Eropa, Amerika, Jepang, dan Australia. Ia mengenal secara pribadi ahli kimia modern seperti Neil Bohr dan Edwin Schrodinger.
Baca juga: Makna Filosofis Lagu Lir-Ilir Karya Sunan Kalijaga
Popper meninggal pada 17 September 1994 di Croydon, London Selatan, dalam usia 92 tahun. Menjelang akhir hayatnya beberapa karyanya terbit dengan bantuan orang lain.
Buku yang paling penting dari periode terakhir ini adalah A World of Propensities (1999). Ia menguraikan pemikirannya tentang probabilitas dalam logika dan Ilmu Pengetahuan.