Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊
Konsep Keindahan dan Seni Islami Menurut Seyyed Hossein Nasr
Tulisan kali ini adalah tentang konsep keindahan dan seni Islami menurut Seyyed Hossein Nasr. Tulisan ini mengulas karya ilmiah yang telah terbit dalam jurnal.
Seyyed Hossein Nasr merupakan salah satu juru bicara Islam di Barat yang gigih. Gigih menyuarakan pemikiran tradisionalisme untuk membentengi arus modernisasi yang telah merusak sendi-sendi tradisi luhur masyarakat khususnya Islam.
Nasr berpendapat bahwa kenyataan yang berada di tingkat paling tinggi adalah berupa kenyataan ilahiah yang berupa dunia ide atau bentuk yang sempurna.
Dengan demikian bentuk yang sempurna adalah sebuah Bentuk Yang Mutlak dan kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Bentuk Mutlak ini bersifat abadi dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Hubungan antara Seni dan Agama
Dalam pandangan Nasr tentang hubungan antara seni dan agama, ia membagi seni dalam tiga wilayah, pertama adalah seni suci, yaitu seni yang berhubungan langsung dengan praktik-praktik utama agama dan kehidupan spiritual. Lawannya adalah seni profan.
Kedua, seni tradisional, yaitu seni yang menggambarkan prinsip-prinsip agama dan spiritual tetapi dengan cara tidak langsung. Lawannya adalah seni anti-tradisional.
Baca juga: Kebijakan Pendidikan Ala Khalifah Harun Ar-Rasyid
Perbedaan antara seni suci dan seni tradisional ini bisa kita lihat pada contoh sebuah pedang. Pedang pada abad pertengahan, baik Islam maupun Kristen tidak pernah menggunakannya secara langsung dalam acara ritual keagamaan.
Meski pedang sendiri sebenarnya merefleksikan prinsip dan ajaran Islam atau Kristen. Oleh karena itu, ia (pedang) masuk kategori seni tradisional ketimbang keyakinan agama.
Ini berbeda dengan pedang Shinto di Kuil I Se di Jepang. Pedang Shinto dikaitkan langsung dengan ajaran agama tersebut dan merupakan objek ritual yang bermakna tinggi dalam agama Shinto sehingga dimasukkan sebagai seni suci.
Ketiga, seni religius, seni yang subjek atau fungsinya bertema keagamaan, namun bentuk dan cara pelaksanaannya tidak bersifat tradisional.
Masuk dalam kategori tersebut adalah lukisan-lukisan religius dan arsitektur Barat sejak Renaisance dan beberapa lukisan religius di dunia Timur selama seabad atau dua abad lalu di bawah pengaruh seni Eropa.
Sumber Seni Islam
Secara tegas Seyyed Hossein Nasr memberikan pendapatnya bahwa sumber seni Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Nasr mengatakan bahwa Al-Qur’an berisi kumpulan petunjuk bagi manusia agar ia mampu memenuhi janjinya kepada Tuhan, sebagai pusat kehidupan Islam dan merupakan dunia bagi umat Muslim.
Dalam pandangan Nas,r bentuk seni suci adalah seni plastis yang berupa seni kaligrafi arsitektur masjid. Kemudian seni suara yang suci adalah pembacaan (tilawah) Al-Qur’an dan musik spiritual yang mengiringi tarian mistik dalam tarekat Mawlawiyyah.