Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊

Sekolah Knowing – Being, Pesantren Al-Mumtaz Gunung Kidul

Kamis, 13 Januari 2022 saya mendengar istilah yang menarik, sekolah “knowing” dan sekolah “being”, dalam acara di pesantren al-Mumtaz.

Pesantren al-Mumtaz adalah lembaga pendidikan yang relatif baru. Didirikan pada 2012 di Patuk, Gunung Kidul, kini telah dapat reputasi nasional.

Beberapa penghargaan diraih berkat sejumlah inovasi yang dikembangkannya.

Pesantren dibangun karena keprihatinan terhadap banyak hal. Terutama, perilaku jamak pemuda yang “malas, miskin skill, gede gengsi, dan konsumtif”.

Sialnya, pendidikan kita tidak memiliki solusi bagi kebobrokan yang terjadi Bahkan, kadang justru menjadi sumber masalah itu sendiri.

Sekolah Knowing

Salah satu masalah yang membelit pendidikan kita adalah model pendidikan yang telah kemudian melahirkan “Sekolah knowing”.

Sekolah model ini melahirkan anak-anak yang tahu banyak informasi dan teori, berdebat, tapi tak mampu mempraktikkan apa yang diketahui.

Informasi-informasi yang dimiliki anak-anak sekadar menjadi informasi dan pengetahuan yang kemudian menjadi omong doang.

“Rasanya hampir semua siswa tahu bahwa membuang sampah sembarangan adalah perbuatan buruk,” kata pak Kyai mengambil contoh.

“Tapi berapa anak yang biasa membuang sampah di tempatnya?” Pak Kyai mengambil beberapa contoh lagi. Kita bisa menemukan banyak contoh.

Mungkin itu sebabnya, kata pak Kyai, Indonesia yang agraris dan punya tanah yang subur tapi impor beras dari Vietnam.

Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan potensi garam yang melimpah justru membeli garam dari luar.

Sekolah telah mengajarkan banyak teori yang baik-baik tapi tidak mengajari cara mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anak terlalu sibuk dilatih menjawab soal ketimbang berlatih membuat kreasi atau mengaplikasikan teori dalam amal perbuatan.

Mungkin pelajaran terlalu banyak dan kemudian dilupakan setelah ujian. Mungkin para guru sibuk dengan administrasi, atau hal-hal lain.

Sekolah Being

Tawaran model “sekolah Being” yang dikembangkan al-Mumtaz hendak membalik keadaan tersebut.

Dengan memodifikasi kurikulum yang ada, sekolah ini ingin menjadikan lembaga pendidikan tidak hanya berhenti di omong.

Ia ingin anak-anak benar-benar bisa menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan. Anak-anak tidak hanya diajari tentang itu baik.

Tetapi juga melaksanakannya dan memiliki alasan untuk melaksanakannya. Pengetahuan lalu benar menjadi navigator dalam dirinya. Ia menjadi Being.

Saya kira itu penting dan menarik.


Sumber: Madrasah Ibnu Sina Yogyakarta