Jasa SEO murah dan profesional silakan hubungi 0812-1413-345 😊

Kitab Tafsir Al-Tabari, Jami Al-Bayan An Ta’wil Ay Al-Qur’an

Tafsir Al-Tabari atau At-Tabari adalah salah satu tafsir dari masa klasik Islam. Selain Tafsir Al-Tabari, dari masa yang sama, ada juga misalnya Tafsir Muqatil dan Ma’anil Qur’an Al-Farra.

Nama Tafsir Al-Tabari jauh lebih melekat ketimbang nama asli kitabnya. Al-Tabari adalah nama penulisnya. Sedangkan nama tafsirnya adalah Jami’ al-Bayan An Ta’wil Ay Al-Qur’an.


Tafsir Al-Tabari dianggap sebagai pedoman pertama bagi para mufasir setelahnya. Al-Tabari dipandang sebagai salah satu ulama penting lewat Tafsir Jami’ al-Bayan ‘An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an.

Baca juga: 10+ Daftar Situs Islam Terpopuler di Indonesia Terbaru 2022

Melalui karyanya tersebut, Al-Tabari benar-benar telah memperlihatkan kealimannya. Tafsirnya penuh dengan analisa-analisa yang tajam. Baik dari segi bahasa, qira’at, riwayat, dan seterusnya.

Biografi Al-Tabari

Al-Tabari lahir pada tahun kurang lebih 224H di Amul, Tabaristan, sekarang termasuk Iran. Memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Kasir bin Galib al-Tabari.


Al-Tabari hidup, tumbuh, dan berkembang di lingkungan atau di keluarga yang memberinya cukup perhatian terhadap masalah pendidikan. Terutama pendidikan dalam bidang keagamaan.

Ia telah berhasil menghafal Al-Qur’an ketika usianya baru menginjak tujuh tahun. Mengimami shalat ketika berusia delapan tahun. Serta sudah mulai menulis hadis ketika sembilan tahun.


Karir pendidikan al-Tabari bermula dari kampung halamannya, Amul. Amul merupakan tempat yang cukup kondusif untuk membangun struktur fundamental awal pendidikan Al-Tabari.

Setelah dari Amul, Al-Tabari meneruskan rihlah keilmuannya ke berbagai sebut saja negara atau daerah. Seperti misalnya yang cukup terkenal adalah Rayy, Basrah, Kufah, Syiria, dan Mesir.


Di Rayy Al-Tabari berguru kepada Ibn Humaid dan Abu Abdullah Muhammad bin Humaid al-Razi. Selain itu, ia juga menimba ilmu dari al-Musanna bin Ibrahim Al-Ibili khusus di bidang hadis.

Di Baghdad, Al-Tabari awalnya ingin menimba ilmu kepada ahli hadis Ahmad bin Hanbal (164-241H). Namun Ahmad bin hanbal telah wafat sebelum Al-Tabari sampai di Baghdad.


Al-Tabari  kemudian berputar haluan menuju dua kota besar di selatan Baghdad, yakni Basrah dan Kuffah. Di Basrah al-Tabari berguru kepada Muhammad bin ‘Abd al-A’la al-San’ani.

Selain itu, Al-Tabari juga menimba ilmu kepada Muhammad bin Musa al-Harasi dan Abu al-As’as Ahmad bin al-Miqdam. Di samping juga beguru kepada Abu al-Jawza’ Ahmad bin Usman.


Khusus dalam bidang tafsir, Al-Tabari menimba ilmu kepada Humaid bin Mas’adah dan Bisyr bin Mu’az Al-‘Aqadi. Sebelumnya Al-Tabari berguru Ilmu Tafsir kepada Hannad bin al-Sari.

Karya-Karya Al-Tabari

Selama hidupnya, Al-Tabari dikenal sebagai ulama yang getol menulis karya. Sejumlah karya ia torehkan sebelum wafat. Al-Tabari wafat pada Senin 27 Syawal tahun 310H di Baghdad.


Di bidang hukum Al-Tabari menulis Adab Al-Manasik, Al-Adar Fi Al-Ushul, Latif Al-Qaul Fi Ahkam Syara‘i’ Al-Islam. Sedangkan dalam bidang hadis ‘Ibarah Al-Ra’yu, Al-Musnad Al-Mujarrad.

Di bidang teologi Al-Tabari menulis beberapa kitab. Antara lain adalah kitab Dalalah, Fada’il Ali bin Abi Talib, Radd ‘Ala zi al-Asfar, Al-Radd ‘Ala al-Harqusiyyah, Sarih, dan kitab Tabsyir.


Di bidang Al-Qur’an, ada Fasl Bayan Fi Al-Qira’at dan Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an. Sementara di bidang sejarah Zayyil Al-Muzayyil, Tazhib Al-Asar, dan Tarikh Al-Umam Wa Al-Mulk.

Nama Tafsir Al-Tabari

Hingga pada tahun 2010 tafsir Al-Quran karya Al-Tabari telah terbit setidaknya dengan beberapa nama. Seperti Jami’al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an dan Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an.


Dar Al-Ma’rifah, Beirut, menerbitkan tafsir tersebut dengan nama Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an. Nama Tafsir Al-Tabari semakin beragam ketika Dar Al-Fikr, Beirut menerbitkannya.

Dar Al-Fikr, Beirut menerbitkan tafsir tersebut pada tahun 1978, 1988, dan 1995. Di tahun 1978, terbit dengan nama Tafsir Al-Tabari Wa huwa Kitab Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an.


Pada tahun kedua (1988) terbit dengan nama Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an. Sedangkan pada tahun ketiga, yakni tahun 1995, terbit dengan nama Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an.

Lebih dari itu, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, juga menerbitkan tafsir karya Al-Tabari dengan nama Tafsir Al-Tabari Al-Musamma Jami’ Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an pada tahun 1992.


Nama Tafsir Al-Tabari Al-Musamma Jami’ Al-Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an dipakai penerbit Dar Al-Hadith, Kairo. Penerbit Dar Al-Hadith menerbitkan tafsir tersebut pada tahun 2010.

Dalam Tarikh Al-Umam Wa Al-Mulk yang diterbitkan oleh Maktabah Al-Husainiyah, Al-Tabari sebenarnya menamai kitab tafsirnya dengan Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an.


Selain itu, dalam Tarikh Al-Tabari, Tarikh Al-Umam Wa Al-Mulk yang diterbitkan Dar Al-Sadr, disebutkan bahwa nama tafsir karya Al-Tabari adalah Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an.

Gambaran Umum Tafsir Al-Tabari

Al-Tabari menulis Tafsir Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an pada abad ke 3H. Al-Tabari disebut-sebut sebagai seorang mufasir yang mewarisi penafsiran-penafsiran mufasir sebelumnya.


Muhammad Ali Al-Sabuni berpendapat bahwa Tafsir Al-Tabari termasuk tafsir dengan gaya periwayatan yang paling masyhur, akurat, dan banyak mencakup pendapat para sahabat dan tabi’in.

Secara metodologis, dalam pengamatan Muhammad Yusuf, Al-Tabari terkadang memakai jalan tafsir dan atau ta’wil. Di masa itu, kata tafsir dan atau ta’wil memliki makna yang berbeda.


Selain itu, Al-Tabari juga menafsirkan Al-Qur’an dengan gaya penafsiran ayat dengan ayat atau munasabah. Sekaligus juga menafsirkan Al-Qura’n dengan As-Sunnah atau Hadis.

Lebih dari itu, Al-Tabari banyak bersandar pada analisis bahasa bagi kata yang riwayatnya diperselisihkan. Memakai syair dan menggali prosa Arab ketika menjelaskan kosa kata dan kalimat.


Tak ketinggalan, Al-Tabari juga memperhatikan aspek I’rab dengan proses pemikiran analogis untuk ditashih dan tarjih. Bahkan hingga memaparan ragam qira’at untuk mengungkap makna ayat.

Hebatnya lagi, Al-Tabari juga membeberkan perdebatan di bidang fiqih dan teori hukum Islam untuk kepentingan analisis dan istinbath hukum atau ketika berhadapan dengan ayat-ayat ahkam.

Karakteristik Tafsir Al-Tabari

Muhammad Yusuf juga menyebutkan beberapa aspek terkait karakteritik penafsiran Al-Tabari. Pertama, dari sisi linguistik, Al-Tabari sangat memperhatikan penggunaan Bahasa Arab.


Al-Tabari menggunakan Bahasa Arab sebagai pegangan dengan bertumpu pada syair-syair Arab kuno ketika menjelaskan makna kosa kata. Al-Tabari acuh terhadap aliran ilmu nahwu.

Kedua, penuh dengan riwayat tafsir. Al-Tabari hampir menghiasi seluruh kitab tafsirnya dengan berbagai riwayat. Baik, riwayat yang sampai kepada Rasul Saw., sahabat, maupun Tabi’in.


Ketiga, Al-Tabari juga menempuh jalan istinbath. Al-Tabari menempuh jalan istinbath ketika menghadapi sebagian kasus hukum dan pemberian isyarat terhadap kata-kata yang samar I’rabnya.

Baca juga: 10+ Daftar Situs Islam Terpopuler di Indonesia Terbaru 2022

Keempat, variasi bacaan atau qira’ah. Al-Tabari memaparkan qira’ah secara variatif. Al-Tabari menjatuhkan pilihan pada satu qira’ah yang ia anggap paling kuat dan tepat setelah menganalisisnya.


Sementara ketika berhadapan dengan persoalan kalam, tampak bahwa Al-Tabari adalah seorang Ahlu Sunnah Wa Al-Jama’ah. Tidak tampak jika ia merupakan seorang pengikut Muktazilah.

Tafsir Al-Tabari memiliki karakteristik tersendiri dibanding dengan tafsir-tafsir lain di masanya. Sehingga tidak mengherankan jika mampu memberi inspirasi bagi para mufasir setelahnya.


Sumber: Waiki ID
Judul: Tafsir Al-Tabari, Jami’ Al-Bayan An Ta’wil ‘Ay Al-Qur’an
Terbit: Rabu (27/04/2022)